Jumat, 21 Desember 2012

Asal Mula Kota Jambi



Dahulu kala di Pulau Sumatra ada seorang gadis cantik
bernama Putri Pinang Masak. Putri ini sangat terkenal akan
kecantikannya. Kulitnya putih kemerah-merahan seperti
namanya, yaitu bagai kulit pinang yang masak. Siapa yang
memandang pasti akan terpesona.
Akan tetapi, bukan hanya kerana kecantikan lahiriah diri gadis
itu yang membuatnya terkenal, melainkan juga karena sifatnya
yang lemah lembut dan baik hati sehingga membuat siapa saja
akan selalu menyukainya. Para wanita dan sesama gadis ingin
bersahabat dengannya, sedangkan para pemuda dan pangeran
berebutan ingin mempersuntingnya. Namun, sejauh itu ia belum
bermaksud berumah tangga.
Pada suatu hari, datanglah lamaran dari raja yang terkenal
kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Sumber
kekayaannya terutama dari tambang minyak. Jika lamarannya
ditolak tentu sang raja akan murka. Mungkin akan timbul
bencana peperangan. Padahal Puteri Pinang Masak tidak
menyukai raja itu. Konon, karena raja itu wajahnya buruk.
Putri Pinang Masak mencari akal. Bagaimana caranya
menggagalkan lamaran si Raja Buruk Rupa.
Maka ia berkata kepada si utusan, "Baik, lamaran aku
terima tapi dengan dua syarat. Pertama, Baginda harus mampu
membuatkan istana yang indah berikut isi perabotannya hanya
dalam tempo waktu satu malam saja. Mulai sore sampai
terdengar ayam berkokok bersahut-sahutan."
"Yang kedua, jika Baginda gagal memenuhi syarat pertama,
maka dia harus menyerahkan seluruh harta kekayaan dan
kerajaannya kepada saya."
Ternyata Baginda menyanggupi syarat itu karena beliau
sangat mencintai Putri Pinang Masak.
Baginda mulai mengumpulkan rakyat dan ahli
pertukangan. Bukan hanya para tukang di kerajaannya. Ia
bahkan menyewa dan membayar mahal para tukang dari luar
negeri yang bersedia membantunya. Ini tak jadi soal, dia toh
raja yang kaya raya. Para tukang itu diperintah bekerja dengan
cepat karena istana itu harus selesai dalam waktu satu malam.
Pelajaran 1 Sains dan Budaya 11
Putri Pinang Masak khawatir. Padahal permintaannya
untuk membuat istana dalam waktu satu malam hanyalah
sekedar alasan yang dicari-cari belaka. Agar Baginda tidak
jadi menikahinya. Ternyata, Baginda dari timur adalah
orang yang nekad. Ketika hari menjelang pagi, istana itu
hampir selesai, hanya tinggal melicinkan saja.
Baginda sangat gembira. Sebuah kota baru telah muncul
di tempat itu dengan tiba-tiba. Sebaliknya, Putri Pinang Masak
sangat sedih. Ia tidak dapat tidur malam itu. Hatinya sangat
risau. Ia terus mencari akal untuk menggagalkan niat Baginda
dari timur.
Tiba-tiba, Putri Pinang Masak mendapat akal. Ia pergi ke
kandang-kandang ayam. Lampu yang sangat terang
dipasangnya di kandang-kandang ayam itu. Ayam-ayam
mengira hari telah siang. Mereka pun langsung berkokok
berulang-ulang. Baginda dan rakyat yang sedang bekerja
terkejut.
Dengan sangat berat hati Baginda berkata kepada rakyat
dan para tukang, "Sudah, hentikan pekerjaan ini!"
"Mengapa, Baginda? Bukankah pekerjaan kita hampir
selesai?" tanya salah seorang pekerja.
"Betul katamu. Tetapi, kita telah kalah. Dalam perjanjian,
istana ini sudah harus selesai sebelum ayam berkokok," kata
Baginda.
Pekerjaan dihentikan dengan sangat terpaksa. Para tukang
bangunan kembali ke negeri mereka di timur. Akan tetapi,
Baginda masih berdiri di tempat itu. Hatinya hancur.
Putri Pinang Masak datang menemuinya.
"Baginda, Anda telah gagal memenuhi syarat saya. Apakah
istana yang belum selesai ini hendak Baginda hancurkan lagi?"
Sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat maka Baginda
Raja harus menyerahkan seluruh harta dan kerajaannya. Sejak
saat itu, negeri timur diganti namanya menjadi negeri Putri
Pinang Masak. Gadis cantik itu menjadi raja di negeri itu.
Orang-orang dari negeri lain menyebut negeri itu sebagai Negeri
Pinang. Pinang dalam bahasa Jawa adalah Jambe, maka rajaraja
dari Jawa menyebutnya dengan sebutan Kerajaan Jambe.
Lama-lama sebutan Jambe berubah menjadi Jambi.
Demikianlah asal mula sebutan kota Jambi.
Sumber: Cerita dari Jambi
diterbitkan oleh Grasindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar